Temen-temen saya kebanyakan kalo mo ngasih obat ma anaknya harus berantem dulu ma anaknya..malahan ada yang sampe dicekok obatnya..terang ajah anak tambah ga mau ama yang namanya obat..
Saya juga pernah liat..anak susah minum obat malah ditakut2in..misal neeh "ntar dipanggil ah susternya biar dede disuntik.." hmm ini nambah lagih masalah, si anak jadi takut ama dokter ama suster..kan gawat..bisa2 anak2 menilai dokter atau suster itu galak..
naahh..buat para ibu2 yang merasa kesulitan ngasih obat buat anak2nyaa..saya nemu neeh tipsnya di Mom & Kiddie (edisi 12 th II).
Psikolog Dr. Rosa Damayanti G MA menyarankan supaya orang tua menggunakan baik kata-kata maupun nada suara untuk mendorong anak2 meminum obat mereka. Berikut tips yang disarankan kepada ibu2 sesuai umur anaknya.
Bayi dan Baduta: Umur 0-2 tahun
Bahkan kalau bayi tidak mengerti kata2 anda, mereka bisa memahami nada suara anda yang menenangkannya. Bayi dengan mudah gelisah, tapi juga mudah ditenangkan. karena mereka mempunyai rentang perhatian yang terbatas, ini membantu meminumkan obat dengan cepat dan kemudian mengalihkan perhatiannya.
Ketika bayi semakin besar, anda mulai bisa menjelaskan mengapa ia perlu minum obat atau menjalani prosedur tertentu. Anak2 baduta ini bisa menanggapi pilihan maupun pengalihan perhatian tersebut. Mereka senang dengan berbagai kebiasaan dan mungkin menginginkan video, mainan atau buku tertentu untuk menyertai proses minum obat ini. Anda bisa mengatakan "Sana ambil boneka macanmu dan beri obat, lalu kamu juga minum obat ini".
Anak Prasekolah: Umur 2-5 tahun
Pada tahap ini, anak2 ingin berbagai pilihan dan mereka mengharapkan kontrol. Meski anda tidak bisa memberi mereka pilihan untuk tidak minum obat, namun anda bisa sering memberinya pilihan bagaimana atau kapan mereka minum obat. Anda bisa mengatakan "Setelah kamu minum obat, kamu boleh minum susu cokelat atau jus. Mana yang kamu pilih?" atau "Tangan kiri atau kanan yang kamu minta untuk disuntik?". Kala anak semakin besar, Anda bisa memberikan pilihan2 yang lebih peka waktu seperti, "Kamu ingin berpakaian sebelum minum obat atau setelahnya?".
Anak Usia Sekolah: 5-11 tahun
Pada tahap perkembangan ini, plihan2 tetap penting diberikan kepada anak2. Tetapi pilihannya bisa lebih luas lagi. Anak2 seusia ini bisa memahami mengapa mereka perlu minum obat atau menjalani perawatan tertentu.
Kalau anak menderita asma, misalnya, ia akan mampu memahami mengapa ia perlu pelega nafas. Akan sangat membantu jika anak dilibatkan dalam rencana perawatannya sehingga ia juga bisa ikut bertanggung jawab atas kesehatannya. Inilah saat yang tepat untuk mengajukan pertanyaan seperti "Bagaimana agar ibu bisa menolongmu?" atau "Apa yang kamu butuhkan?".
Jika anak2 pada umur ini menolak mengikuti perintah. Anda bisa mencoba memberinya jeda. Beristirahat sebentar, kemudian dilanjutkan kembali. Anak2 usia sekolah seringkali sangat menyadari efek samping, sehingga lebih baik membicarakannya bersama mereka. Berikan penjelasan yang menenangkan dan kalau perlu berkonsultasi ke dokter bersama-sama.
Praremaja dan Remaja: Usia 12 tahun ke atas
Anak2 yang sudah besar dan remaja bisa bertanggung jawab sendiri atas kesehatannya. Mereka tahu bahwa dengan minum obat akan membuatnya merasa lebih baik, hanya saja mereka tidak selalu ingin melakukannya.
Kebanyakan remaja sesekali menolak minum obat selama perawatannya karena titik tertentu - tak peduli betapa sakitnya mereka - mereka merasa tidak bisa mati. Penolakan ini wajar, tetapi juga perlu diatasi.
Akan sangat membantu jika anda mengingatkan remaja bahwa perlu memperhatikan kesehatannya sendiri menunjukkan tingkat kedewasaannya dan bahwa ia bisa dipercaya serta semua itu membuatnya bisa memperoleh privilese seperti yang dimiliki orang dewasa. Anda juga bisa memberitahunya bahwa tidak merawat diri sendiri menunjukkan bahwa ia masih membutuhkan orang tua untuk melakukan hal itu kepadanya.
Akan tetapi sebagian pakar mendorong orang tua untuk tidak menjelaskan dalam cara yang menghukum seperti ini. Sebagai contoh, daripada menyebutkan "Karena tidak mau minum obatmu, kamu tidak boleh pergi ke bioskop lagi!" anda bisa mengusun ulang kalimat itu lebih positif, dengan mengatakan "kamu menunjukkan kepada mamah bahwa kamu belum siap melakukan ini sendiri". Dengan cara ini, anda membantu remaja anda untuk melihat sebuah jalan keluar - dan mengungkapkan konsekuensi2nya, alih2 memberikan ancaman hukuman.
Mudah2an tips2 diatas bisa ngebantu ibu2 buat ngasih obat ke anaknya..jadi ga usah ada acara berantem2an lagih..ga ada acara cekok2an lagih..ga ada acara ancem2an lagih..heeee..
Saya juga pernah liat..anak susah minum obat malah ditakut2in..misal neeh "ntar dipanggil ah susternya biar dede disuntik.." hmm ini nambah lagih masalah, si anak jadi takut ama dokter ama suster..kan gawat..bisa2 anak2 menilai dokter atau suster itu galak..
naahh..buat para ibu2 yang merasa kesulitan ngasih obat buat anak2nyaa..saya nemu neeh tipsnya di Mom & Kiddie (edisi 12 th II).
Psikolog Dr. Rosa Damayanti G MA menyarankan supaya orang tua menggunakan baik kata-kata maupun nada suara untuk mendorong anak2 meminum obat mereka. Berikut tips yang disarankan kepada ibu2 sesuai umur anaknya.
Bayi dan Baduta: Umur 0-2 tahun
Bahkan kalau bayi tidak mengerti kata2 anda, mereka bisa memahami nada suara anda yang menenangkannya. Bayi dengan mudah gelisah, tapi juga mudah ditenangkan. karena mereka mempunyai rentang perhatian yang terbatas, ini membantu meminumkan obat dengan cepat dan kemudian mengalihkan perhatiannya.
Ketika bayi semakin besar, anda mulai bisa menjelaskan mengapa ia perlu minum obat atau menjalani prosedur tertentu. Anak2 baduta ini bisa menanggapi pilihan maupun pengalihan perhatian tersebut. Mereka senang dengan berbagai kebiasaan dan mungkin menginginkan video, mainan atau buku tertentu untuk menyertai proses minum obat ini. Anda bisa mengatakan "Sana ambil boneka macanmu dan beri obat, lalu kamu juga minum obat ini".
Anak Prasekolah: Umur 2-5 tahun
Pada tahap ini, anak2 ingin berbagai pilihan dan mereka mengharapkan kontrol. Meski anda tidak bisa memberi mereka pilihan untuk tidak minum obat, namun anda bisa sering memberinya pilihan bagaimana atau kapan mereka minum obat. Anda bisa mengatakan "Setelah kamu minum obat, kamu boleh minum susu cokelat atau jus. Mana yang kamu pilih?" atau "Tangan kiri atau kanan yang kamu minta untuk disuntik?". Kala anak semakin besar, Anda bisa memberikan pilihan2 yang lebih peka waktu seperti, "Kamu ingin berpakaian sebelum minum obat atau setelahnya?".
Anak Usia Sekolah: 5-11 tahun
Pada tahap perkembangan ini, plihan2 tetap penting diberikan kepada anak2. Tetapi pilihannya bisa lebih luas lagi. Anak2 seusia ini bisa memahami mengapa mereka perlu minum obat atau menjalani perawatan tertentu.
Kalau anak menderita asma, misalnya, ia akan mampu memahami mengapa ia perlu pelega nafas. Akan sangat membantu jika anak dilibatkan dalam rencana perawatannya sehingga ia juga bisa ikut bertanggung jawab atas kesehatannya. Inilah saat yang tepat untuk mengajukan pertanyaan seperti "Bagaimana agar ibu bisa menolongmu?" atau "Apa yang kamu butuhkan?".
Jika anak2 pada umur ini menolak mengikuti perintah. Anda bisa mencoba memberinya jeda. Beristirahat sebentar, kemudian dilanjutkan kembali. Anak2 usia sekolah seringkali sangat menyadari efek samping, sehingga lebih baik membicarakannya bersama mereka. Berikan penjelasan yang menenangkan dan kalau perlu berkonsultasi ke dokter bersama-sama.
Praremaja dan Remaja: Usia 12 tahun ke atas
Anak2 yang sudah besar dan remaja bisa bertanggung jawab sendiri atas kesehatannya. Mereka tahu bahwa dengan minum obat akan membuatnya merasa lebih baik, hanya saja mereka tidak selalu ingin melakukannya.
Kebanyakan remaja sesekali menolak minum obat selama perawatannya karena titik tertentu - tak peduli betapa sakitnya mereka - mereka merasa tidak bisa mati. Penolakan ini wajar, tetapi juga perlu diatasi.
Akan sangat membantu jika anda mengingatkan remaja bahwa perlu memperhatikan kesehatannya sendiri menunjukkan tingkat kedewasaannya dan bahwa ia bisa dipercaya serta semua itu membuatnya bisa memperoleh privilese seperti yang dimiliki orang dewasa. Anda juga bisa memberitahunya bahwa tidak merawat diri sendiri menunjukkan bahwa ia masih membutuhkan orang tua untuk melakukan hal itu kepadanya.
Akan tetapi sebagian pakar mendorong orang tua untuk tidak menjelaskan dalam cara yang menghukum seperti ini. Sebagai contoh, daripada menyebutkan "Karena tidak mau minum obatmu, kamu tidak boleh pergi ke bioskop lagi!" anda bisa mengusun ulang kalimat itu lebih positif, dengan mengatakan "kamu menunjukkan kepada mamah bahwa kamu belum siap melakukan ini sendiri". Dengan cara ini, anda membantu remaja anda untuk melihat sebuah jalan keluar - dan mengungkapkan konsekuensi2nya, alih2 memberikan ancaman hukuman.
Mudah2an tips2 diatas bisa ngebantu ibu2 buat ngasih obat ke anaknya..jadi ga usah ada acara berantem2an lagih..ga ada acara cekok2an lagih..ga ada acara ancem2an lagih..heeee..
No comments:
Post a Comment